Rabu, 07 November 2012

Kebesaran Muhammad SAW


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Seorang intelektual dan penyair Perancis, La Martin menyatakan, "Andaikata besarnya tujuan, minimnya ongkos dalam pencapaian dan hasil gemilang yang berhasil direalisasikan dengan sukses dan selamat dijadikan tiga dasar untuk mengukur kejeniusan manusia, siapa yang berani membandingkan tokoh sejarah manapun dengan Nabi Islam Muhammad saw?


Andaikata barometer kebesaran adalah keberhasilan memperbaiki bangsa yang berantakan, siapa gerangan yang dapat mengungguli posisi Muhammad saw? Sungguh, dia telah membangun sebuah umat yang berantakan, mengangkatnya ke puncak kejayaan dan menjadikannya sebagai penyulut peradaban, sumber ilmu dan pengetahuan. Andaikata barometer kebesaran adalah keberhasilan mempersatukan umat manusia yang berserakkan, siapakah yang lebih pantas mendapat gelar kebesaran ini selain Muhammad saw, yang telah berhasil menghimpun kekuatan bangsa Arab dan membuat mereka menjadi sebuah umat yang satu dan imperium yang luas?



Andaikata barometer kebesaran adalah keberhasilan menegakkan hukum langit di muka bumi, siapakah yang dapat menyaingi Muhammad saw yang telah berhasil menghapus fenomena penyembahan berhala (paganisme) dan mengubahnya menjadi penyembahan kepada Sang Pencipta Yang Maha Tunggal?



Andaikata barometer kebesaran adalah besarnya pengaruh yang membuat kekal di dalam jiwa hingga lintas generasi maka Muhammad saw adalah pemimpin yang diikuti oleh ratusan juta (tepatnya 1,25 milyar) manusia dari berbagai tempat dengan beragam bangsa, warna kulit, dan strata sosial."



--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jika saja orang lain sedemikian kagumnya kepada Nabi kita Muhammad saw, maka seharusnya kita jauh lebih kagum. Karena kita lebih mengenal sifat, tingkah laku dan perbuatan beliau lebih dalam.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selasa, 06 November 2012

Terlanjur Cinta

Hampir tak ada alasan lain untuk bertahan di HMI selain karena terlanjur. Terlanjur cinta, mungkin. Dan saya kira, itulah yang membuat saya masih mau menggerakan jari-jari mengarungi belantara kata-kata, baris, tanda baca dan titik-koma dan membuat tulisan ini. Terkesan alturistik dan so romantik memang. Tapi saya kira tidak ada alasan lain yang bisa membuat saya bisa bertahan di HMI. Kalau saya memakai logika saya yang jernih, dan menerapkan hasil penalaran itu dalam sikap saya, maka saya seharusnya tak lagi di HMI. Hampir tak ada alasan logis untuk bertahan di HMI.

Seharusnya aku bukan HMI. Tapi masih ada alasan, meski bukan alasan rasional: cinta. Cinta itu bukan bagian dari struktur rasio. Cinta itu bagian non-rasional dalam fakultas manusia. Cintalah yang membuat para tentara Jepang melakukan harakiri, dengan menabrakan pesawatnya  ke Pearl Harbour, dalam perang dunia ke dua. Cintalah yang membuat orang bangga berkata: right or wrong it’s my country.  Cinatalah yang membuat Romeo dan Juliet menjadi legeda. Bahkan, cintalah yang membuat semesta realitas menjelma.

Cinta itu sesuatu yang tidak mungkin diungkapkan, karena sejatinya tidak perlu diungkapkan. Cukup dirasakan, cukup dinikmati, cukup diratapi.

Dan cinta itu adalah memberi bukan menerima, kata Erich Fromm. Kata-kata itu begitu dalam maknanya. Memberi itu membuat seseorang aktif, dinamis dan sekaligus menunjukan eksistensinya. Rasul kita Muhammad mengajarkan, tangan datas lebih baik dari tangan di bawah, karena tangan di atas itu memberi sementara tangan di bawah itu menerima. Memeberi sebenarnya adalah tindakan penyatuan. Dan tiulah esensi dari cinta: mengatasi rasa keterasingan dan keterpisahan. Cintalah yang membuat kita tidak sendiri, meski menurut Chairil Anwar hidup adalah kesunyian nasib masing-masing.

Dalam mitologi Yunani kita bisa menemukan sebuah legenda tentang manusia. Konon, manusia pada awalnya adalah mahluk yang maha gagah. Dia mempunyai empat mata, dua mulut, empat tangan  empat kaki, dengan satu wajah. Karena kekuatan manusia yang tak tertandingi itu para dewa cemburu dan akhirnya mereka membuat konspirasi untuk menghancurkan manusia. Dalam sebuah pertarungan akhrnya manusia kalah, tubuhnya terbelah dua. Semenjak tubuhnya terbelah dua ini, kekuatannya menjadi hilang. Satu bagianh menajadi laki-laki dan satu bagian menajdi perempuan. Kedua bagian tubuh itu senantiasa ditakdirkn untuk terpisah selamanya. Namun satu sama lainnya terus saja mencari untuk pada momen-momen tertentu menyatu. Yang menyatukan mereka adalah cinta, semacam hasrat penyatuan dan hasrat mengatasi kesendirian.  Pada saat momen-momen penyatuan oleh cinta itulah manusia mendapatkan kembali kekuatannya sebegaimana sebelum di belah (dipisahkan) oleh para dewa. Itulah kenapa manusia bisa mendaki gunung tertinggi, mengarungi samudara yang tak terpermanai, melakuan hal-hal yang sepertinya mustahil.

Dalam karyanya, Fromm pernah mengemukan dua modus eksistesi dalam cinta. Cinta itu ada yang bersifat “memiliki” (to have) dan ada yang “menjadi” (to be). Modus relasi dalam cinta yang memiliki itu seperti ralasi dua benda, atau subjek dengan benda. Polanya: “saya” (i) dan “sesuatau” (it). Kata-kata dalam kehidupan kita sebagian besar mencerminkan hal tersebut: “saya punya pacar”; “pacar gue”,  “cewe gue” dan lain-lain. Hubungan antara manusia dengan manusia lain telah, meminjam istilah kaum Marxsis, tereifikasi, terbendakan. Kekasih telah, dengan tanpa sadar tentunya, diposisikan seperti “kepunyaan” yang bisa kita miliki. Di miliki artinya bisa dikuasai. Yang dikuasai biasanya memberikan apa yang menjadi miliknya dengan, bukan karena keikhlasan, terpaksa. Penguasa cenrung ingin diberi, dihargai, dilayani. Kekasih telah turun derajatnya menjadi benda.   Cinta ini ciri utaanya adalah menerima, atau diberi.
Seharusnya cinta itu memberi, bukan diberi. Dalam cinta yang seperti ini, pola interaksinya adalah: “aku” dan “kamu” bukan “aku” dan “sesuatu”. Dalam pola seperti ini, kita memposisikan masing-masing pasangan sebagai manusia yang punya keinginan, punya otonomi dan kemandirian, punya ego. Karena itu dalam pola yang seperti ini pasangan duduk sama tinggi dan saling menghormati. Dalam pola seperti ini, tak ada keinginan salah satu harus menjadi apa yang diinginkan oleh yang lain. Kedunya harus menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang diinginkan pasangannya. Karena itu cinta seperti ini adalah cinta yang “menjadi”. Satu model cinta yang dinamis dan senantiasa dibentuk dalam perjalanan. Berdialektika menaiki tangga tanpa henti. Berproses untuk semakin dewasa, semakin mawas diri, semakin arif, semakin militan dan lain-lain.

Dan seharunya cinta di HMI ini adalah cinta “memberi”.
Karena itu pulalah orang bijak berkata: jangan kau tanya apa yang telah kau dapatkan dari bangsamu, tapi bertanyalah apa yang telah kau berikan buat bengsamu itu. Kalau ada seorang kader yang masih berpikir dirinya tidak mendapatkan apa-apa dari HMI, seperti saya, maka kader tersebut belumlah menghayati bagaimana seharusnya dia hidup di HMI. HMI tidak bisa memberikan apa-apa. Kita yang harus memberi, karena menurut Fromm, ketika kita memberi, maka kita menerima. Menerima adalah konsekuensi logis dari tindakan memberi.

Seharusnya seperti itulah kita hidup di HMI.

_____________________________________________________________________________

Komentar Penulis:

HMI ibarat rumah bagi saya, menemukan kawan-kawan yang satu visi dan misi dengan saya.
Mungkin banyak orang yang tahu tentang HMI, karena HMI didirikan dari tahun 1947 oleh Prof.Lafran Pane.
Banyak kader yang merasa terjebak untuk mengikuti LK 1 pada awalnya, namun seiring dengan banyaknya kegiatan yang mereka ikuti, lambat laun pendapat tersebut berganti dengan bangganya ia menjadi salah satu kader HMI.
Ya itulah HMI. :)

sumber : https://zenzaenal.wordpress.com/2009/09/21/seharusnya-aku-bukan-hmi/

E-Business Pada Website Gramedia.com

Postingan saya kali ini akan membahas tentang sebuah perusahaan swasta nasional yang menerapkan e-business.
Sebelum itu saya mengambil definisi tentang E-Business itu sendiri.
E-Business

Electronic Business (E-Business) bukanlah merupakan sebuah istilah yang asing di telinga para manajer dan praktisi bisnis di era modern. Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi yang disertai dengan berbagai perubahan paradigma dalam mengelola bisnis di era globalisasi telah menempatkan internet sebagai medium berinteraksi yang sangat menjanjikan. Keberadaannya tidak hanya menawarkan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya sehari-hari, namun lebih jauh lagi karakteristiknya mampu untuk memberikan manfaat signifikan bagi perkembangan industri di mana perusahaan terkait berada.


E-Business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti: perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi (Steven Alter, Information System: Foundation of E-Business, Prentice Hall, 2002). E-Business meliputi semua hal yang harus dilakukan menggunakan TI dan Komunikasi (ICT) untuk melakukan kegiatan bisnis antar organisasi maupun dari organisasi ke konsumen. (Sid L. Huff, dkk, Cases in Electronic Commerce, McGraw-Hill, 2000).

Fungsi E-Business adalah untuk mendukung bagian pemasaran, produksi, accounting, keuangan, dan Human Resources Management (HRM). Dengan menerapkan E-Business, perusahaan seakan membuka toko di berbagai daerah, bahkan negara, karena konsumen dari berbagai belahan dunia dapat mengakses situs-nya dan dapat melakukan transaksi kapan saja dan tanpa harus meninggalkan rumah. Selain itu, perusahaan dapat berkomunikasi secara langsung tanpa harus melalui birokrasi yang rumit. Salah satu nilai implementasi dari E-Business adalah tercapainya nilai cyberspace yang memungkinkan orang untuk berbelanja beraneka ragam produk ke berbagai lokasi hanya melalui komputer pribadinya.

Perusahaan swasta yang menerapkan sistem e-business di Indonesia sudah banyak sekali dan salah satunya adalah PT.Gramedia Asri Media.

Anak perusahaan dari Kompas Gramedia yang menyediakan jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia di beberapa kota di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 2 Februari 1970 dengan diawali dari satu toko buku kecil berukuran 25m² di daerah Jakarta Barat dan sampai tahun 2002 telah berkembang menjadi lebih dari 50 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain menyediakan buku, toko-toko Gramedia juga menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis , perlengkapan kantor , alat olahraga , dll.

Perusahaan ini bekerja sama dengan penerbit-penerbit  buku baik dalam maupun luar negeri. Dari kelompok usahanya sendiri, pemasok ke Toko Buku Gramedia antara lain adalah Gramedia Pustaka Utama Elex Media Komputindo Gramedia Widya Sarana Bhuana Ilmu Populer , dan Gramedia Majalah , sementara dari luar negeri misalnya Prentice Hall McGraw Hill Addison Wesley , dll.

Berikut teknologi yang diterapkan pada website gramedia.com ;


1. Website gramedia.com berada dalam fase brick and click. Dimana setelah melakukan registrasi pada gramedia.com, kita dapat memesan buku sesuai dengan keinginan kita. Setelah memilih buku yang kita mau, website untuk pemesanan langsung berubah menjadi gramediashop.com. Pemesanan yang kita lakukan kemudian dikirimkan ke bagian customer service untuk dimasukkan ke dalam form pemesanan. Kemudian pemesan menunggu respon dan konfirmasi dari bagian customer service yang akan dikirimkan ke email untuk menyelesaikan proses pemesanan dengan membayar menggunakan sistem transfer ke Rekening BCA atas nama PT Kompas Cyber Media dengan nomor rekening 0123019048 (Jl. Gajah Mada No.112 Jakarta Pusat).

2.Model business toko konvensional dengan website yang dimiliki oleh Gramedia mempunyai hubungan yang cukup erat dimana Gramedia juga menyajikan dan menginformasikan buku-buku new release pada websitenya. Pada Gramedia, model business yang diterapkan adalah in-house division, dimana ada divisi khusus yang tugasnya mengurusi dan mengupdate website Gramedia.


3. Pada toko Gramedia ataupun website Gramedia juga menjual buku-buku dari penerbit lain, selain dari menjual buku-buku terbitan Gramedia. Bisnis model dari Gramedia adalah pelanggan tidak perlu datang ke toko buku Gramedia jika ingin membeli buku, dapat lewat online (website Gramedia). Untuk servis model dari Gramedia adalah dengan tersedianya pesan antar (delivery) bagi pemesanan dan pembelian buku secara online. Revenue Model untuk Gramedia adalah pendapatan yang diterima langsung oleh Gramedia setelah transaksi via transfer berhasil diterima untuk pembelian buku yang dilakukan oleh pemesan (telah masuk ke rekening BCA atas nama PT Kompas Cyber Media).

4. Gramedia tidak terlalu berfokus pada marketplace restructuring, karena website ini sebetulnya diperuntukkan untuk masyarakat yang tidak ada waktu untuk datang ke toko buku. Website ini dibuat untuk mempermudah pemesan dalam mencari informasi tentang buku yang diinginkan dan memesan buku yang diinginkan tanpa harus repot-repot ke toko buku.

5. Market development strategies dari Gramedia adalah dengan menerapkan e-business. Dimana penerapan e-business yang dilakukan pada Gramedia tentunya agar Gramedia meraih sekmen pasar yang lebih luas (sekmen pasar yang belum diraih dapat diraih) juga revenue yang lebih besar lagi. Product development strategies pada website Gramedia saat ini hanya berfokus pada penjualan buku saja. Target market dari Gramedia adalah orang-orang yang sibuk yang tidak punya waktu luang untuk membeli buku di toko buku, sehingga Gramedia mempermudah dengan menyediakan website dimana orang-orang tersebut dapat memesan buku secara online, dan setelah di transfer akan di delivery ke alamat yang diminta oleh pemesan.
6. Untuk memantapkan posisi produk dan servisnya, Gramedia menjalankan beberapa strategi. Salah satunya Gramedia memungkinkan pelanggannya memesan produk secara online. Strategi lainnya adalah harga yang ditawarkan oleh Gramedia secara online (website) juga sama seperti toko buku Gramedia karena terdapat diskon khusus untuk buku-buku tertentu. Biaya yang masih harus dikeluarkan oleh pemesan adalah ongkos kirim berdasarkan pada berat buku yang dipesan biasanya hitungannya per kg. Gramedia juga menjalankan transactional excellence dimana pelanggan Gramedia bisa mendapat kepuasan transaksi yang maksimal dengan membeli lewat website Gramedia (pesan, transfer, dan dapatkan buku yang dipesan). 
_________________________________________________________________________________
Komentar Penulis:
Tentunya website ini masih belum sempurna dan kekurangan dari website ini adalah terletak pada proses pemesanan yang dilakukan sangat tidak praktis, dimana pemesan tidak langsung dapat menggunakan kartu kredit. Tetapi dengan menunggu dulu konfirmasi via email dan harus transfer. Gramedia sebaiknya meningkatkan pelayanannya untuk belanja online yang dimilikinya dengan lebih memfokuskan lagi pada transaksi online dan juga lebih dipermudah jika ada yang mau memesan buku secara online karena sekarang ini persaingan yang ada di pasar semakin ketat. 
Gramedia juga menambah tidak hanya menjual buku tetapi beberapa produk lain seperti yang terdapat pada toko bukunya. Untuk sistem pembelanjaan online Gramedia pun masih terdapat kekurangan karena masih memerlukan konfirmasi dan respon yang dikirimkan via email. Namun kedepannya diharapkan sistem pembelian pada website Gramedia dipermudah sehingga pemesan tidak perlu menunggu lama untuk bertransaksi di website Gramedia.

              http://www.gramedia.com/