Senin, 15 November 2010

Mau Jadi Kura-kura atau Kelinci ?

Alkisah, seekor kura-kura mengeluh pada gurunya.
Dia memerlukan waktu 2 jam untuk sampai di sekolah. Sedangkan temannya, Si Kelinci, hanya membutuhkan 30 menit, padahal rumah mereka bersebelahan.
Setiap tiba di sekolah, Kura-kura datang dengan keringat bercucuran dan nafas yang terengah. Dia hanya bisa menatap iri kepada Kelinci yang asyik bermain di halaman sekolah bersama teman-teman lain. Jangankan memiliki waktu bermain sebelum masuk sekolah, Kura-kura hanya mempunyai 5 menit untuk sekedar mengatur nafas karena bel akan segera berdering tanda masuk sekolah.

Sang Guru tersenyum mendengarkan keluhan panjang lebar Si Kura-kura, kemudian Guru bertanya lembut padanya,
"Kura-kura, selama dua jam perjalananmu apa saja yang kau lihat di jalan?"

Kura-kura menatap gurunya tak mengerti, lalu dia menjawab,
"Banyak sekali yang aku lihat, Bu Guru. Di antaranya aku melihat Bapak Petani pergi ke ladangnya menanam berbagai macam tumbuhan. Aku juga melihat rombongan semut yang pergi mencari makan. Aku pun melihat keluarga burung mengepakkan sayapnya, mereka selalu menyapaku sebelum terbang meninggi. Pulang sekolah pun aku bertemu mereka semua, Bapak Petani yang pulang dengan hasil ladangnya, rombongan semut yang bergotongroyong mengangkut makanan, juga keluarga burung dengan beberapa cacing di paruhnya. Hampir tiap hari aku bertemu, menyapa, bahkan sekali-kali bercakap dengan mereka, Bu."

Sang Guru tersenyum bahagia mendengarnya, dan berkata,
"Ananda Kura, dua jam perjalananmu membuat kau lebih banyak melihat dan merenungi apa yang kau saksikan di sepanjang perjalanan. Kau jadi tahu bagaimana berladang, bagaimana para semut bergotongroyong, dan bertegur sapa dengan mereka semua. Coba kau tanyakan pada temanmu, Kelinci, apa yang dia saksikan di perjalanan menuju sekolah."

Mata Kura-kura membulat mendengar penuturan Ibu Guru. Selama ini dia tidak menyadari hal itu, bahwa banyak sekali yang dia dapatkan selama perjalanan menuju ataupun pulang sekolah. Justru dengan kelambatannya berjalan dia dapat banyak mengambil pelajaran, berkenalan dan menikmati pemandangan nan indah.

Tentang menikmati, seringkali kita terjebak pada pemikiran yang keliru. Seperti alasan Si Kelinci yang ingin segera tiba di sekolah karena ingin cepat bermain. Kelinci berlari karena sebuah target. Dan kita manusia acap kali menjadikan target sebagai alasan untuk berlari kencang, tanpa melihat kiri kanan.
Sadarkah kita, sedikit demi sedikit tujuan awal kita bergeser. Awalnya tujuan kita menuntut ilmu, tapi karena target, buku-buku dilahap sekedar hapalan. Usai ujian usai pula hapalan. Hilang tak berbekas.
Awalnya tujuan kita memperbanyak interaksi dengan al-Quran, tapi karena target, hukum-hukum tajwidnya diterobos sesuka hati. Bunyi al-Quran yang keluar tak jauh dari sekedar gumaman berkecepatan tinggi.

Karena kita manusia yang dikaruniai akal pikiran, sudah sepatutnya kita dapat lebih baik dari kedua binatang di atas. Tidak dikalahkan oleh target ataupun sebaliknya, menerima apa adanya tanpa berusaha lebih baik.
Sebelum kita dikendalikan oleh target, berhentilah sejenak. Apakah menikmati perjalanan tidak lebih menggiurkanmu? Hingga berjuta hikmah di dalamnya kau resapi betul-betul. Allah SWT pemilik semesta ini pun tak membebani hamba-Nya dengan kuantitas amal, Allah berfirman dalam Surat Al Mulk ayat 2 :
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang LEBIH BAIK amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun"
Lihatlah, Allah tak mengatakan LEBIH BANYAK amalnya, melainkan LEBIH BAIK amalnya! Ketika kualitas amal yang kita lakukan maksimal, maka dia akan berbekas pada pembentukan kepribadian yang mulia. Inilah yang Allah inginkan dari hamba-Nya. Wallahu a'lam.

Kura-kura itu menghampiri Kelinci, dan bertanya tentang apa yang dilihatnya selama perjalanan. Si Kelinci menggeleng bingung,
"Aku tak benar-benar melihat sekitar. Aku tak tahu."


~Nati Sajidah, 26 Okt. 2010~
*Kisah ini (kura-kura dan kelinci) saya lupa baca dimana, kemudian saya ubah sebagian besarnya. Semoga tidak mengurangi hikmah yang ingin disampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar